Industri manufaktur akan menerapkan sistem industri 4.0, hal itu pun akan didukung oleh Kementerian Perindustrian agar industri Indonesia bisa semakin bersaing di kancah global. Namun, ada beberapa ketakutan yang terjadi di kalangan pelaku industri dan para pekerja, yakni hilangnya beberapa jenis pekerjaan. Sebab, sistem industri akan lebih menggunakan teknologi kecerdasan buatan serta teknologi internet of things.

Meskipun teknologi akan menguasai dunia manufaktur, bukan berarti akan menghilangkan tenaga manusia dalam proses manufaktur. Tetapi sebenarnya sistem industri 4.0 akan menghadirkan peluang kerja baru. Bahkan akan ada peningkatan permintaan tenaga kerja secara signifikan di beberapa bidang pendukung dari sistem industri 4.0.

Saat ini Kementerian Perindustrian akan memfokuskan penerapan sistem industri 4.0 pada lima industri nasional yang akan menjadi percontohan, yakni industri minuman, otomotif, elektronik, kimia, dan tekstil serta pakaian jadi.

“Kelima sektor tersebut diprediksi pada tahun 2030 akan berkontribusi sebesar 70 % dari total PDB manufaktur, 60 % untuk ekspor manufaktur, dan 65 % peningkatan pada jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur,” terang Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, seperti dikutip dari Antara.com.

Langkah Strategis Pemerintah

Agar pekerja Indonesia bisa bersaing dengan pekerja negara lain, pemerintah RI sedang menyiapkan langkah strategis untuk menghadapi revolusi industri 4.0 dan kesiapan tenaga kerja di Indonesia. Berikut empat langkah strategis pemerintah Indonesia menyiapkan langkah strategis.

Melatih Pekerja Dalam Penggunaan Teknologi Internet
Pihak pemerintah, dibawah Kementerian Perindustrian saat ini tengah mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus belajar serta meningkatkan keterampilannya untuk memahami penggunaan teknologi internet of things atau mengintegrasikan kemampuan internet pada lini produksi industri.

“Guna mendukung upaya tersebut, kami juga menginisiasi pelaksanaan pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dan Pemerintah,” ujar Airlangga seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Memacu Produktivitas dan Daya Saing IKM
Tak hanya fokus untuk menggarap sektor pekerja saja, Pemerintah pun akan fokus dalam membantu Industri Kecil Menengah (IKM) agar mampu memanfaatkan teknologi digital dalam memacu produktivitas dan daya saing bagi IKM sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui e-smart IKM.

“Program e-smart IKM merupakan upaya memperluas pasar dalam rantai nilai dunia dan menghadapi sistem industri 4.0,” lanjut Airlangga.

Pengunaan Teknologi Digital
Airlangga mengatakan bahwa sistem industri 4.0 akan memberikan keuntungan tersendiri bagi industri, seperti menaikan efisiensi dan mengurangi biaya hingga 12-15 persen. Untuk itu, Kemenperin meminta industri nasional dapat menggunakan teknologi digital seperti big data, dan otomatisasi industri yang berdasarkan dengan supplier, pelanggan, ketersediaan mesin, dan kendala biaya.

Membangun Inkubasi Bisnis
Pemerintah juga ingin mendorong agar bermunculan wirausaha baru yang berbasis teknologi melalui pengembangan start up. Karena saat ini, pertumbuhan Start up cukup besar di Indonesia dan pengaruhnya cukup besar terhadap UKM.

Kesiapan Tenaga Kerja Di Indonesia

Banyak pihak yang merasa bahwa tenaga kerja di Indonesia belum siap menghadapi revolusi industri 4.0. Sebab sistem industri 4.0 merupakan sistem industri yang akan fokus dalam penggunaan teknologi berupa industri pada teknologi. Dilain sisi, Indonesia masih membutuhkan industri yang menyerap lebih banyak tenaga kerja.

Selain itu, belum begitu banyak tenaga kerja di Indonesia yang begitu paham akan penerapan internet of things pada bidang manufaktur yang harus mengintegrasikan alat-alat produksi manufaktur dengan sistem internet. Apakah dunia pendidikan sudah memberikan kurikulum yang mempersiapkan anak didiknya bisa menyambut industri 4.0 dengan menguasai teknologi, terutama teknologi internet?

Pemerintah harus mempersiapkan tenaga kerja yang lebih melek teknologi dan siap dalam menghadapi era digital, agar tenaga-tenaga kerja Indonesia siap dalam menguasai teknologi yang berbasis dengan kecerdasan buatan, sehingga tenaga kerja Indonesia bisa bersaing dengan tenaga kerja dari luar yang telah sudah siap dalam menerapkan sistem industri 4.0.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menjelaskan mengenai kesiapan Indonesia menyambut sistem industri 4.0. Berdasarkan evaluasi awal, Indonesia masih berada di bawah negara tetangga seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia dalam menyambut industri 4.0. Namun, Indonesia dianggap memiliki sebagai negara memiliki potensi tinggi untuk menyambut industri 4.0.

Sistem Industri 4.0 Akan Menciptakan Peluang Kerja Baru

Banyak yang merasa industri 4.0 akan menyingkirkan para pekerja-pekerja di industri manufaktur. Tetapi hal itu tidak sepenuhnya benar. Sebab, sistem industri 4.0 akan menghadirkan peluang kerja baru yang akan cukup banyak dan semakin bersaing. Apa lagi disebutkan bahwa permintaan tenaga kerja akan semakin meningkat dan masif hingga 96 persen.

Ada tiga peluang kerja baru yang akan berkembang pada sistem industri 4.0 yakni di bidang R&D, supply chain, dan logistik akan sangat berkembang di era industri 4.0. Selain itu, bidang pengembangan software pun akan menjadi peluang kerja yang cukup banyak permintaan.

Banyak sekali yang berharap para pekerja Indonesia bisa bersaing dan mampu lebih masif dalam penggunaan teknologi berbasis pada internet of things. Sehingga bisa meningkatkan kapabilitas industri Indonesia serta yang produk-produk Indonesia bisa bersaing di pasar ekspor di era sistem industri 4.0.

Tentunya semua itu bisa dilakukan dengan baik, apabila pemerintah sungguh-sungguh dalam membenahi sektor industri nasional dengan lebih masif lagi untuk memanfaatkan internet of things pada setiap lini industri. Serta meningkatkan kemampuan pekerja industri agar lebih ‘cerdas’ dalam penggunaan teknologi digital dan teknologi internet of things agar bisa diterapkan di bidang manufaktur dan di seluruh bidang industri di Indonesia.